Sabtu, 08 Oktober 2011

DASAR-DASAR ILMU DAKWAH


1.        A. Pelaku dakwah (da’i)
Dalam komunikasi, da’i disebut dengan komunikator yaitu sebagai penyampai pesan kepada communicate (sasaran) dakwah.
Seorang da’i yang melakukan dakwah fardiyah jika memenuhi dan komitmen dalam mengaktualisasikan sekurang-kurangnya enam kode etik tersebut, maka akan lebih besar peluang mempeoleh keberhasilan mempengaruhi mad’u sehingga ia mau menerima, memahami, dan melaksanakan segala pesan dakwah yang diterimanya, dan sebaliknya.

B. Sasaran dakwah (mad’u)
Sasaran dakwah dalam komunikasi disebut dengan communicate, yaitu yang diajak berbicara, sebagai penerima pesan. Mad’u harus dikondisikan dengan kondisi masyarakat. Jika da’i tidak mengkondisikan kebudayaan atau kondisi masyarakat, maka ia tidak akan berhasil dalam menyampaikan pesan. Karena mad’u akan menerima apabila sesuai dengan apa yang ia ketahui dan tergantung dari lingkungan dan kondisi mad’u itu berada.

C. Mawdu’ (materi dakwah)
Yang harus diperhatikan dari seorang da’i selain mad’u juga mawdu’ yaitu materi yang akan disampaikan seorang da’i kepada mad’u. Materi ini harus disesuaikan dengan mad’unya, karena jika tidak maka akan terjadi ketidakpahaman dan berkesinambungan antara mad’u dan da’i tentang mawdu’nya. Contohnya, jika mad’unya anak-anak, da’i harus mengambil mawdu yang pas, yang pantas dan nyambung dengan anak-anak, bukannya memberikan mawdu untuk tingkat remaja atau dewasa dan ibu-ibu.
D. Media Dakwah
Media dalam berdakwah bisa bermacam-macam. Di era globalisasi ini banyak sekali media yang bisa digunakan dalam berdakwah. Media dakwah bisa berupa tempat dan alat.
Media dakwah jika dalam posisi tempat, misalnya di majlis ta’lim atau di masjid. Keduanya bisa digunakan, karena bisa mewasilahi atau menghubungkan da’i dengan mad’u nya, maksudnya mewasilahi adalah bisa menghubungkan, agar mawdu’ tercapai, karena wasilah ini sangat menunjang dalam penyampaian dakwah. Media dakwah lain yaitu, alat. Alat dalam berdakwah, misalnya media cetak, audio, dan audio-visual.

E. Metode dakwah
a). istinbat : hukum islam, sumber ilmu. Penalaran dalam menjelaskan objek kajian dakwah dengan cara menurunkannya dari Al-Qur’an dan Hadits.
Contoh hadits tentang dakwah , ballig ‘anni walau aayat (sampaikanlah meskipun satu ayat)
b). iqtibas : penalaran dalam menjelaskan objek kajian dakwah dengan cara meminjam pemikiran-pemikiran pakar dakwah yang bersumber pada Qur’an dan Hadits. Disiplin ilmu sosial, namun apabila terjadi kontradiksi antara teori-teori, maka teori pertama berfungsi untuk mengoreksi teori kedua.
Contoh dakwah bisa meminjam ilmu eksak, dalam memaparkan yang berbau sains.
c)istiqro’i adalah penalaran yang menjelaskan objek dakwah dengan menggunakan prosedur/metode ilmiah/sains.
d)mistik/tasawuf adalah komunikasi kebathinan. Dimana yang menjelaskan bukanlah indrawi kita, melainkan qolbu. Karena qolbu tidak akan pernah dusta. Inilah koreksi diri yang paling dominan, kita akan menyadari segala dosa yang kita lakukan jika kita melakukan komunikasi kebathinan ini.



F. Tujuan Dakwah (maqaids)
Misi dakwah dalam memberikan mawdu’ adalah mengubah perilaku dan keyakinan mad’u. Perilaku landasannya adalah iman dan amal saleh,. Sedangkan keyakinan landasannya adalah Qur’an dan Hadits.


2.    Landasan teologis
     Landasan teologis ilmu dakwah adalah al-quran dan hadis. Karena keduanya merupakan falsafah hidup manusia, atau sebagai pedoman hidup.
Jika dalam merumuskan mawdu’, seorang da’i bisa mencantumkan hadis dan quran sebagai patokan dari materi yang ia berikan.

-          Landasan epistemologis
Pada hakikatnya, gerakan dakwah islam berporos pada amar ma’ruf nahi munkar. Ma’ruf mempunyai pengertian segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah swt,. Sedangkan munkar ialah segala segala perbuatan yang menjauhkan diri dari padanya. Pada datarnya amar ma’ruf, siapapun melakukannya, karena kalau hanya sekedar “Menyuruh” kepada kebaikan itu mudah dan tidak ada resiko kepada si “penyuruh”. Lain halnya dengan nahi munkar, jelas mengandung konsekuensi logis dan beresiko bagi yang melakukannya. Karena “mencegah kemunkaran” itu melakukannya dengan tidakkan konkret.
Sesungguhnya dakwah yang diajarkan oleh para nabi dan rasul-Nya merunut kepada Al-Qur’an, dakwah islam hendaknya disampaikan dengan cara yang bauk-baik dan bahasa yang dapat dipahami pula. Demikianlah batasan-batasan dalam berdakwah yang telah termaktub dalam Alquran secara rinci. Hal ini harus menjadi perhatian khusus, kerena sekiranya itu Alquran hanya sebuah kitab pembinaan akhlak, sudah barang tentu tidak akan pernah membangkitkan semangat penggalian dan pemikiran filsafat. Inilah, yang menurut penulis, sifat documental-nya Alquran dapat diuji tingkat kebenarannya, dikaji, dipahami, dimaknai dan diketahui mawara’a al-musykilat yang menjadi batasan tegas dan mainstream dasar dalam keilmuan dakwah sebagai kebenaran ilmu, karena yang dibahas adalah wilayah epistemologinya. Tanpa struktur fundamental yang jelas, pengetrian dakwah akan semakin kabur karena dakwah selalu diberi pengertian dengan konotasi dan donotasi yang pasti baik dan positif.
Selanjutnya, filsafat ilmu yang berkaitan dengan hakikat lmu, ada pertanyaan mendasar yang berkaitan dengan pengetahuan yang perlu dijawab untuk merumuskan dasar epistemologi, dalam hal ini lmu dakwah, baknya mengikuti secara runtut mengenai perkembangan pengetahuan manusia. Sumner-sumber pengetahuan itu diteliti, dipelajar dan dicoba untuk diungkap prinsip-prnsip primernya oleh kekuatan pikiran untuk kemusdian diaplikasikan ke dalam kehidupan.
Kembali kepada persoalan epitemologi ilmu dakwah hal pertama yang mesti dijawab adalah kondisi apa yang harus dibangun dan semestnya ada dalam perangkat dakwa
h, dan mengapa kondisi tersebut musti dibangun.
Jawabannya adalah, bahwa faktor moralitas sebagai
dimensi moral keagamaan adalah salah satu syarat yang dimaksud itu mempunyai peran penting dalam aplkasi dakwah masyarakat. Artinya, perilaku dakwah harus mencirikan akhlak dalam pengertian mempunya kandungan syarat perbuatan baik.

-          Landasan sosiologis
Landasan sosiologis dakwah adalah mengacu pada lingkungan dimana seorang da’i menyampaikan materinya. Seperti yang telah dibahas pada soal sebelumnya, seorang dai harus bisa menguasai materi dan tentunya karakteristik mad’u juga dimana ia menyampaikan dakwah, maksudnya jangan sampai melanggar adat dan kebiasaan disana. Harus dilihat juga adat dan tradisi suatu daerah tersebut.
Dan dampak dari dakwah itu, direalisasikan atau tidak oleh masyarakatnya. Pendakwah tentunya memberikan dampak positif bagi mad’u, namun tergantung dari mad’unya bisa mengaplikiasikan mawdu’ tersebut atau tidak.


3.    Metode dakwah yang mengacu pada QS.An-Nahl
            Dalam surat An-Nahl ada tiga metode dakwah , yaitu hikmah, pengajaran, dan debat. Hikmah maksudnya adalah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yang bathil.
            Pengajaran maksudnya kita memberikan pengajaran, seperti ketika kita belajar didalam perkuliahan. Memberikan ilmu dengan metode belajar, dan terakhir adalah debat. Debat sangat diperlukan untuk menentang permasalahan agama akhir-akhir ini, apalagi jika berhadapan dengan kafir, mereka tidak bisa diberi pemahaman tentang hal yang mereka debatkan dengan Quran dan Hadis, artinya bukan mengunakan dalil Naqli, tapi menggunakan dalil Aqli, yang menitikberatkan pada rasional.

-           Metode bil Al-Hal
Metode ini termasuk pada konsep dari sistem dakwah, metode bi al hal cenderung kepada tindakan seseorang. Contohnya adalah ketika kita akan membuat sebuah mesjid, meskipun kita tidak bisa menyumbangkan materiil tapi dengan tenaga kita bisa melakukan metode bi al hal ini, karena metode ini lebih menitikberatkan pada tindakan kita, bukan ucapan, perencanaan, perumusan, atau keputusan.

4.    Definisi dakwah menurut jurnal ilmiah :
Dakwah secara leksikal berarti memanggi, menyeru, menegasakan, atau membela sesuatu, perbuatan atau perkataan untuk menarik manusia kepad sesuatu, dan memohon dan meminta (abdul aziz, 1997:26-27). Sedangkan secara istilah dakwah didefinisikan oleh pakar dakwah dengan ungkapan yang berbeda-beda, namun tujuannya sama sebagai upaya menjelaskan hakikat dakwah. Pebedaan definisi dakwah terlihat dalam orientasi dan penekanan bentuk kegiatannya. Berikut ini dikemukakan enam macam rumusan definisi dakwah :
pertama, definisi dakwah yang menekankan pada proses pemberian motivasi untuk melakukan pesan dakwah (ajaran islam), tokoh penggagasnya adalah Syekh Ali Mahfudz.
Kedua, dakwah yang menekankan pada proses penyebaran pesan dakwah dengan mempertimangkan metode, media, dan pesan yang sesuai dengan situasi dan kondisi mad'u (khalayak dakwah)
Ketiga, definisi dakwah yang menekankan pada pengorganisasian  dan pemberdayaan sumber daya manusia dalam melakukan berbagai petunjuk  budaya dan membebaskan manusia dari berbagai penyakit sosial.
Keempat, yang menekankan pada sistem dalam menjelaskan kebenaran, kebaikan, dan petunjuk ajaran, menganalisis tantangan problema kebathilan dengan berbagai macam pendekatan, mode dan media agar mad’u mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
Kelima, menekankan pada pengalaman aspek pesan dakwah sebagai tatanan hidup manusia hamba Allah dan khalifah-Nya di muka bumi.
Keenam, menekankan pada profesionalisme dakwah, yaitu dakwah dipandang sebagai kegiatan yang memerlukan penguasaan pengetahuan.
·         Definisi Dakwah Menurut Bahasa
Menurut kamus besar bahasa arab :
دعا – يدعو- دعوة
artinya : panggilan, ajakan, seruan
Pengertian seperti di atas banyak terdapat di dalam ayat Al-Qur'an, salah satunya :
قال ربّ السّجن أحبّ إللىّ ممّا يدعوننى إليه (يوسوف :۳۳)
" Yusuf berkata : Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan kepadaku. " ( QS. Yusuf : 33 ).
·         Definisi Dakwah Menurut Istilah
Ulama' memberikan definisi Dakwah dengan berbagai maca definisi, antara lain :
a. Menurut Syaikh Ali Makhfudh dalam kitab “ Hidayatul Mursyidin “ mendorong manusia dan menyeru mereka kepada kebajikan dan mencegah mereka dari perbuatan mungkar.
b. Menurut Syaikh Muhammad Khidr Husain dalam buku " Al-Dakwah ila al Ishlah " :
Upaya untuk memotifasi orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amr ma'ruf nahi mungkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat
c. Menurut HSM. Nasaruddin Latif dalam buku “ Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah “ :
Setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau lukisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah sesuiai dengan syari’at dan aqidah Islam
d. Menurut Prof. Dr. H. Abu Bakar Atjeh dalam buku “ Beberapa Catatan Mengenai Dakwah Islam “ :Seruan kepada semua manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar dilakukan dengan bijaksana dan nasehat baik.
e. Menurut Prof. Toha Yahya Oemar, MA :
Mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia akhirat
f. Menurut Drs. H. Masdare Helmy :
Mengajak dan menggerakkan manusia agar mentaati ajaran Allah termasuk amar ma’ruf nahi Mungkar

* Definisi dakwah yang didapat dari internet :
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.

* Definisi dakwah menurut para ahli :
 Dakwah artinya: Penyiaran, propaganda, seruan untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama. Dakwah juga berarti suatu proses upaya mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam atau proses mengajak manusia kejalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu agama Islam.(M. Arif)
- dakwah adalah segala bentuk aktivitas penyampaian ajaran Islam kepada orang lain dengan berbagai cara yang bijaksana untuk terciptanya individu dan masyarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam semua lapangan kehidupan. Ali Aziz (2005:11)
-adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perinah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akhirat. Toha Yahya
- dakwah sebagai mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Syeh Ali Mahfudz
- bahwa amr ma’ruf nahi munkar adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat Islam.Imam Al-Ghozali (dalam Suparta, 2003:7)
·         Definisi Ilmu Dakwah
Hasil rumusan definisi Ilmu dakwah pada pertemuan para sarjana Fakultas Dakwah se-Jawa Tahun 1978 :
a. Ilmu yang mempelajari proses penyampaian ajaran agama Islam kepada ummat
b. Ilmu yang mempelajari hubungan antara unsur-unsur dakwah
c. Ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala penyampaian agama dan proses keagamaan dalam segala segi
Menurut Toha Yahya Oemar definisi Ilmu Dakwah adalah;
a. Secara umum : Suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan-tuntunan bagaimana seharusnya menarik perhatian manisia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat, pekerjaan yang tertentu
b. Definisi menurut Islam ( khusus ) : mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan peringatan Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia akhiratMenurut Dr. Ahmad Ghalwasy dalam buku " Ad Dakwah Al-Islamiyyah " : Ilmu dakwah adalah ilmu yang dipakai untuk megetahui berbagai seni menyampaikan kandunagan ajaran Islam, baik itu aqidah, syari'at maupun akhlaq.
Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga menjadi "Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah.

Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i" sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "Mad'u". Setiap Muslim yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "Da'i".






5.    Karakteristik da’i
Seorang da’i harus melakukan amal saleh. Artinya, ia harus melaksanakan seluruh kewajiban dan menjauhi dosa-dosa besar, selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amalan nafilah (sunah) dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang hina dan dosa-dosa kecil.
Seorang da’i harus menyatakan secara terus terang bahwa dia seorang muslim, hal ini harus inyatakan dengan perkataan, perbuatan dan kesiap-siagaannya melakukan amar makruf dan nahi munkar serta berjihad di jalan Allah, sehingga ia akan keluar dari lingkaran ria menuju keikhlasan dalam setiap ucapan dan perbuatannya. Seorang dai harus mengetahui dengan jelas perbedaan sikap lemah kembut dan sikap keras ketika berinteraksi dengan mad’u, perbedaan antara memaafkan, menginsafkan, dan menolong bahkan harus menyadari bahwa bersikap pemaaf dal lemah lembut akan berdampak lenih baik bagi da’i maupun bagi mad’u
Seorang dai harus bersikap sabar, penyantun, tabah terhadap kejelekan dan kekurangannya yang dilakukan oleh mad’u
Seorang dai harus bersaha dan berhati-hati terhadap godaan syetan mau memalingkannya dari sifat-sifat dan sikap-sikap yang menyimpang dari ajaran islam, karena syetan sudah berusaha menyelewengkan dan memalingkan manusia dari kebenaran, kebaikan, dan petunuk
Seorang dai harus mempunyai keyakinan yang kuat bahwa Allah SWT selalu mendengar apa yang ia katakan dan melihat apa yang ia kerjakan, kesempatan amal bagi da’i
Seorang dai harus bisa menyelaraskan antara urusan pribadi dan kepentingan umat, karena ia adalah seorang figur bagi mad’u.

1 komentar:

  1. bagus...
    tapi jika ditambah dengan referensinya akan lebih baik lagi :-)

    BalasHapus